Post Page Advertisement [Top]

Hallo Sahabat Handmadebycm,

Sebagai seorang praktisi Urban Farming yang sudah menggeluti urban farming selama 5 tahun terakhir, pandemi Covid 19 memacu saya untuk menambah skill. Saya belajar lagi tentang konsep halaman organik, menanam dilahan sempit, menanam sayur didalam pot, hidroponik. Tentunya saya mengutamakan menggunakan barang-barang bekas untuk berkebun karena selain lebih murah,  bisa berhemat, juga mengurangi sampah.




Kebun "mini" saya, berada di depan pagar rumah, memanfaatkan pinggir jalan, lalu diatas got saya tutup pakai papan sehingga ada extra lahan.

Dalam berkebun, saya menggunakan plastik bekas minyak goreng, tepung terigu sebagai pot, menggunakan karung bekas sebagai planter bag, menggunakan styrofoam dalam berhidroponik, mengolah limbah dapur menjadi kompos. Tulisan tentang kompos / komposter bisa di baca dipostingan Ide Kegiatan Selama Pandemi Covid 19, Memuat kompos dirumah.


Saya juga membuat modul Hidroponik dan menjualnya melalui tokopedia. hanya saja untuk modul seperti ini modalnya tidak sedikit. saya menjualnya satu modul komplit Rp. 700.000,00 untuk 24 lubang.  Silahkan kunjungi link berikut untuk melihatnya https://www.tokopedia.com/handmadebycm/modul-hidroponik-dft-24-lubang-free-ongkir-solo-dan-sekitarnya




Dalam kondisi dimana peredaran uang amat sangat sedikit, kita bisa menggunakan barang bekas sbg alternatif. Dalam berhidroponik sistem wick saya menggunakan styrofoam bekas.  Sayangnya, harganya dari hari kehari naik. Awal saya beli harganya satu box Rp. 5.000,00 sekarang naik lagi menjadi Rp. 10.000,00. Jadi berharap harganya tidak naik lagi.😆

Untuk media tanamnya sendiri saya 100% nyari yang gratis. Untuk kotoran sapi, saya punya tetangga yang berbaik hati memberi izin untuk mengambil sesuka hati saya, untuk sekam saya juga mencari dipusat penggilingan padi, untuk tanah saya minta penduduk sekitar yang punya sawah. Asalkan kita minta izin sebelumnya, cara-cara seperti ini masih lumrah dilakukan didesa.

Saat ini ditempat saya tinggal masih musim hujan. Rata-rata cuaca harian berkisar 28-32 derajat celcius. Saya menanam memanfaatkan pagar rumah dan diatas got saya tutup menggunakan kayu. Halaman rumah sudah dikanopi semua jadi penetrasi matahari terbatas.  Rumah saya menghadap timur, jadi ketika matahari terbit, kebun saya terkena sinar matahari langsung. Hal ini menguntungkan terutama kebun diluar pagar. Namun untuk area bawah kanopi kurang sinar matahari.

Modul hidroponik yang saya tempatkan dibawah kanopi, hanya mendapatkan sinar matahari langsung dari jam 7-10 siang, akibatnya sayur-sayuran yang ditanam kutilang (kurus,tinggi, langsing). Sudah dua kali saya menanam sawi dan selada, hasilnya sama-sama kutilang. Kesimpulannya dalam berkebun terutama sayur berdaun , usahakan terkena sinar matahari langsung. Caranya dengan mengenal kondisi rumah kita dan bagaimana pergerakan matahari dari pagi hingga sore. Carilah sudut-sudut dimana sayur-sayuran bisa mendapatkan cahaya matahari maksimal. Saya masih sewa rumah saat ini, semoga kelak jika beli rumah di jawa bisa dapat yang halaman luas supaya lebih bebas berkebun hehehe...

Ketahanan Pangan merupakan salah satu tema yang hangat dalam masa pandemi sekarang ini. Berkebun untuk bertahan hidup bisa dilakukan dengan menanam 70% sayur-sayuran, sisa 30% bisa dengan menanam bunga penarik serangga dan kupu-kupu serta herba. Untuk herba sendiri ada beberapa yang bisa hidup dibawah naungan sebagian seperti kunyit, jahe, kemangi, mint.

Musim tanam kali ini sayur yang saya tanam untuk pertama kali adalah selada, sawi pagoda, seledri, tomat cherry, tomat keriting, terung ungu, terung hijau. Sawi pagoda saya tanam secara hidroponik. Saya membeli benih sedikit sekali Rp. 1.000,00 per paket di www.petanirumahan.com. Sengaja saya lakukan karena masih tahap coba-coba. Tapi saya menikmati pertumbuhan mereka dari hari ke hari. Menakjupkan! Berkebun itu bagi saya hiburan juga mirip laboratorium pribadi. Dari kegiatan berkebun saya mengenal varietas sawi, ooh ternyata sawi ada macam-macam. Ada sawi bakso, sawi pakchoy, sawi keriting, sawi pagoda. Sedangkan untuk tomat ada tomat cherry merah, cherry orange, keriting...sebetulnya saya beli benih tomat San Marzano tapi sayangnya dari satu bungkus tidak ada satupun yang tumbuh.

Berikut adalah galeri foto sayur mayur yang sedang saya tanam.

Bibit Terong di modul hidroponik styrofoam

Bibit Tomat di modul Hidroponik Styrofoam

Seledri masih kecil. Pertumbuhan seledri ini sangat lamban....jika sawi sprout pada hari ke 2. Seledri sprout pada hari ke 10, pokoknya satu minggu lebih.
Kacang panjang dalam pot

Pertama kali nanam Sawi Pagoda, bentuknya cantik.

Sawi Pakchoy (hidroponik wick styrofoam)

Tomat didalam planter bag

Buncis

cabe merah besar

sawi bakso dalam bungkus bekas minyak goreng

Sawi bakso dalam vertikultur paralon

Can you spot my composter?

Kucai pemberian tetangga, enak buat sup/telor ceplok, potong daunnya saja, nanti dia tumbuh lagi

My favorite selada Red Rapid, lebih cantik karena bisa dipindah-pindahkan modulnya.

Sawi keriting. Berbeda dengan sawi bakso, sawi keriting ini daunnya keriting.

Untuk herba saya berhasil memperbanyak Mint dengam stek batang. Untuk bunga, Saya juga berhasil menyemai Rosella...masih kecil sih tapi smoga nanti dia survive hingga besar. Saya juga menyemai bunga matahari meski belum sprout hingga hari ini. 
Berkebun dilahan sempit seperti digang-gang ,diperumahan memang memerlukan effort lebih. Kita sangat mengandalkan pot yang bisa dipindah-pindah. Hampir 90% tanaman saya menggunakan pot. Kini halaman rumah saya sudah penuh dengan sayur-sayuran. Usaha terakhir saya saat ini adalah bertanam dilahan kosong tetangga saya. Alhamdulillah tetangga saya mengizinkan saya bertanam dilahan 0,5 meter.x 1 meter 😀😀😀, lokasi tepat didekat got. Saya juga berencana menanam didinding rumah tetangga setelah terinspirasi melihat tayangan vidio dibawah ini.


Kendala berkebun di gang-gang sempit / perumahan itu dua faktor selain keterbatasan lahan, yang kedua adalah keberadaan tikus. Populasi tikus diperumahan terhitung banyak. Bahkan ada cerita menyedihkan sejak adanya perumahan yang bersebelahan dengan sawah, terjadi peningkatkan hama tikus yang menyerang lahan sawah didekat perum. Hasil panen padi banyak dimakan tikus. Menurut pengamatan saya hal ini disebabkan diperumahan bak sampah dibiarkan terbuka sehingga mengundang tikus untuk mendapatkan makanan. Belum lagi konstruksi perumahan yang berhimpitan mempermudah tikus untuk berkembang biak didalam rumah...hiiii....

Saya sebetulnya bercita-cita ingin berbisnis sayuran organik atau hidroponik, namun masih terkendala pada lahan dan izin dari pihak perumahan. Usaha saya masih panjang. Disatu sisi saya statusnya sewa rumah bukan warga menetap jadi masih mikir dua kali atau bahkan sepuluh kali 😃

Usaha saya sebagai wanita / ibu rumah tangga menginspirasi teman saya mbak Era Wijaya menulis profil saya diblognya. Judul tulisannya adalah Kartini di Masa Pandemi, Peran Perempuan Melawan Krisis Pangan Tulisan yang membuat saya bangga karena mbak Era mungkin orang pertama yang menulis tentang saya . Terimakasih mbak Era.  Nah tulisan saya kali ini semoga bisa melengkapi tulisan mbak Era ya, lebih detail tentang kebun saya.

Semoga tulisan saya menginspirasi, sampai bertemu dipostingan berikutnya ya.

Ibu chandra




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib