Post Page Advertisement [Top]

Hallo Sahabat kertasbyAlin,

Tulisan yang akan saya sajikan kali ini pernah saya bagikan dalam acara Bincang Asyik Seputar Zero Waste Chapter Komposter, Membuat Komposter dari Limbah Rumah Tangga yang diselenggarakan oleh Komunitas Playdate Solo Raya. Hanya mengingatkan kembali acara ini diselenggarakan awal tahun 2020 lalu dan reviewnya ada di sini

Namun kali ini saya akan tulis dalam bentuk tulisan  blog sehingga teman-teman mengerti apa itu kompos, mengapa kita perlu mengkompos, manfaat mengkompos, Do dan Don't saat mengkompos dst.

Kompos, material yang kaya akan bahan organik

Pengertian Mengkompos

Mengkompos adalah proses dekomposisi atau penguraian bahan organik oleh mikroorganisme, jamur dan bakteri. Komposting adalah proses menambahkan materi yang bisa terurai seperti daun-daun kering, sampah dapur, rumput kering secara seimbang dengan bantuan dekomposer seperti mikroorganisme, serangga, cacing, jamur dsb. Dan dalam cara yang tepat bisa menghasilkan material mirip tanah yang homogen, kaya akan nutrisi, yang disebut sebagai kompos.

Dalam tulisan saya yang berjudul TED Talk Inspiratif yang Berbicara tentang Komposting disebutkan bahwa tanah yang hidup (living soil) bercirikan tanah yang mengandung mikroorganisme didalamnya dan tanah ini bisa menyuburkan tanah dan melindungi tanaman dari penyakit sepanjang tahun. Kompos juga sering disebut sebagai "Black Gold" / "Hitam Emas" karena keajaibannya sebagai penyubur tanah, selain juga sebagai penutup tanah.


Mengapa kita perlu mengkompos?

  • 60% sampah rumah tangga terdiri dari sampah organik (Data dari Kementrian Lingkunga Hidup)
  • Sampah organik yang menumpuk dan tidak tertangani menimbulkan gas metana (CH4) yang meningkatkan gas rumah kaca / Global Warming
  • CH4 lebih berbahaya 30 kali lipat dibandingkan CO3 (karbondioksida). 
Bahaya sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sumber: Gazasia

Kalau melihat diagram diatas, selain mencemari atmosfer, sampah yang tidak di pisah-pisahkan (segregasi) mengakibatkan pencemaran air karena sampah menghasilkan air lindi yang baunya minta ampun. Pernahkan kamu melewati TPS dan menghirup "aroma yang sedap" itu? 

Belum lagi sampah ini mengundang lalat untuk bertelur dan menghasilkan belatung. Selain itu sampah yang tidak ditangani dengan baik mengundang tikus. Sedangkan kita tahu penyakit yang dibawa tikus itu banyak sekali. Silahkan membaca artikel yang berjudul Awas, Ini Penyakit yang Ditularkan oleh Tikus. Maka dari itu mengkompos merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan lingkungan juga.

Manfaat Mengkompos

  • Mengurangi sampah yang dibuang ke TPA (Reduce)
  • Memanfaatkan kembali sampah rumah tangga (Reuse)
  • Hasilnya bisa digunakan kembali untuk menyuburkan tanah (Recycle)
  • Memperbaiki struktur tanah 
  • Membentuk Ekosistem 

Kompos menyediakan makanan, air , perlindungan, udara bagi organisme yang ada didalam tanah.




Keterangan gambar: Material organik yang masih fresh belum siap di serap oleh akar. Akar memerlukan bantuan mikroorganisme untuk menguraikan materi organik. Sambil memecah molekul, mikroorganisme berkembangbiak. Material organik sudah siap diserap oleh akar, selain itu mikroorganisme menggemburkan tanah, tanah menjadi subur. Tanaman tumbuh sehat sebagai awal dari mata rantai. Mikroorganisme berkembang menarik organisme lain sehingga terbentuklah keanekaragaman hayati.



Dengan mengkompos, kita bisa menggunakannya untuk menanam sayur-mayur, bunga, herba dipekarangan rumah. Kita bisa belajar mencintai Alam dari kegitan mengkompos. Tubuh kita juga akan semakin sehat karena kita aktif bergerak. Kita juga yakin tanaman yang kita tanam bebas dari bahan kimia berbahaya karena kita menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar kita untuk mengkompos.

Bagaimana Mengkompos di Rumah?

Mengkompos sebetulnya mudah. Tergantung pada tempat /lokasi Anda tinggal. Yang perlu dipertimbangkan adalah seberapa banyak sampah dapur yang Anda hasilkan. Untuk pemula Anda bisa mencobanya di dalam pot/karung. Karung bisa digunakan untuk menyimpan daun-daun kering dan biarkan terurai sendiri dalam beberapa bulan. Ini namanya metode kompos pasif. Sedangkan untuk pot, Anda cukup menggali tanah di dalam pot, dan mengubur sampah dapur Anda. Dengan cara ini , Anda bisa belajar mekanisme kompos. Tapi tentunya jika menggunakan pot, sampah dapur yang ditangani sedikit. 

Jika Anda tinggal di kawasan kota, ember komposter bisa menjadi solusi. Ember komposter ini ada banyak sekali model. Jika sampah yang dihasilkan banyak pilihlah yang kapasitasnya besar seperti dibawah ini. Model komposter ini cukup untuk keluarga beranggotakan 5 orang. Kompos yang sudah jadi terletak dibagian paling bawah. Panen kompos diambil melalui pintu / lubang yang ada di bagian bawah Komposter.



Namun jika Anda belum siap berkomitmen untuk mengkompos skala besar seperti ini, Anda bisa menggunakan Ember Komposter kecil seperti dibawah ini. Kelebihannya jika sudah penuh, anda bisa membeli ember satunya lalu menumpuknya keatas. Panen kompos dilakukan dengan menuang semua isi ember dan menyaring kompos. Ember yang paling bawah, yang bisa dipanen terlebih dahulu.


Manajemen Limbah di Rumah

Tahap ini merupakan adalah tahap yang paling penting dalam mengkompos, untuk itu harap baca dengan teliti ya.

  • Aktifitas keluarga di rumah menghasilkan berbagai jenis limbah. Sampah dapur, sampah kertas, sampah plastik, sampah elektronik adalah beberapa sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga. Sampah-sampah ini perlu dipilah-pilah. Khusus untuk mengkompos, tampung sampah dapur seperti kulit pisang, kulit buah, akar sayur,kulit sayur, bonggol jagung dll ke dalam ember sementara. Tiap 2-3 hari sekali atau jika sudah penuh, sampah ini diolah sebelum masuk komposter. Bagaimana cara mengolah sampah dapur menjadi kompos? Sebelum sampai ke sana, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang boleh dan tidak boleh dimasukkan kedalam Komposter kita.


Keterangan gambar: Materi kompos dibagi menjadi dua golongan utama yaitu sampah hijau dan sampah cokelat. Komposisi idealnya adalah satu bagian sampah hijau vs tiga bagian sampah cokelat. Sampah hijau mengandung Nitrogen , sedangkan sampah cokelat mengandung karbon. Sampah hijau mengandung kadar air tinggi sehingga dikombinasikan dengan karbon untuk menyerap kelebihan air. Meskipun sejatinya semua materi organik mengandung Karbon dan Nitrogen, tapi komposisinya berbeda-beda seperti yang digambar oleh tabel berikut ini:

TABEL RASIO C/N

Sampah Basah

C/N

Sampah Cokelat

C/N

Kotoran Unggas

10

Daun Segar

40

Kotoran Kambing

16

Daun Kering

60

Rumput Laut

19

Bubur Kertas

90

Limbah Sayuran

19

Sekam Padi

120

Ampas Kopi

20

Kertas

150

Kotoran Sapi

20

Koran

175

Potongan Rumput

20

Serbuk Gergaji

325

Sisa Makanan

20

Kardus

350

Abu

25

Serpihan Kayu

200

 

  • Setelah sampah organik dikumpulkan, langkah berikutnya adalah potong-potong kecil seluruh bahan kompos, semakin kecil semakin baik karena akan mempercepat proses dekomposisi.
  • Aduk balik kompos agar aerasi optimal, khususnya saat kompos terlalu panas. Selain itu dekomposisi memerlukan oksigen. Kekurangan oksigen menyebabkan terjadinya proses Anaerob yag dapat menimbulkan bau tak sedap.
  • Jika tersedia, tambahkan bahan akselerasi dekomposisi seperti dekomposer / aktifator (EM4, Air cucian beras, nasi basi dsb)
  • Jaga campuran kompos agar selalu dalam kondisi lembab.
  • Gunakan sampah kering untuk menjaga Rasio Karbon VS Nitrogen dan kelembaban
  • Selektif menggunakan limbah hewani. Jangan memasukkan kotoran kucing, anjing kedalam komposter kita. Jika akan memasukkan kotoran ternakpun, fermentasikan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam komposter kita.
Ciri-Ciri Kompos yang Sudah Jadi

Kompos memerlukan waktu dari 1-3 bulan hingga benar-benar terurai dan bisa digunakan sebagai media tanam. Tergantung pada jenis materi organik yang kita masukkan ke dalam komposter kita. Sayur hijau umumnya cepat terdekomposisi, sedangkan daun-daun kering memerlukan waktu yang lebih lama. Berikut adalah ciri-ciri kompos yang sudah jadi dan siap dipanen:
  1. Warnanya cokelat kehitaman seperti tanah.
  2. Tidak berbau.
  3. Dingin, tidak panas.
  4. Pemakaian kompos yang belum matang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Proses penguraian bahan organik akan dilanjutkan didalam tanah sehingga panas yang ditimbulkan dapat menghambat pertumbuhan bahkan membuat tanaman mati.
Kompos yang sudah jadi, berwarna hitam seperti tanah.

Kendala dan Hambatan Saat Mengkompos

Jika mengikuti langkah-langkah dalam Manajemen Limbah Rumah Tangga diatas, InshaAllah bisa didapatkan kompos yang baik. Namun jika terjadi satu sebab dan lain sebagainya hingga proses kompos tidak berjalan sesuai keinginan jangan berkebil hati karena masalah ini biasanya bisa diatasi. Berikut adalah masalah yang umum timbul saat mengkompos dan bagaimana mengatasinya.


Nah, menarik bukan? Saya telah mengkompos lebih dari 5 tahun dan saya selalu bersemangat mengajak teman-teman untuk mulai mengkompos. Jika teman-teman memerlukan Ember Komposter bisa kirim WA ke nomor 0888-1243-218 atau kunjungi IG KebunMalini.

Semoga informasi yang saya bagikan ini berguna untuk teman-teman. Jika ada pertanyaan silahkan komentar dibawah ya. Terimakasih dan sampai jumpa di tulisan berikutnya.


Salam,

Ibu Chandra

Sumber Referensi:
1. Buku Halaman Organik oleh Bapak Soeparwan Soeleman & Donor Rahayu
2. Sustaination. Situs www.sustaination.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib